03 Februari 2009

Misi Sebagai Calon Anggota Legislatif

From Safira Machrusah


Berikut ini komentar saya atas berbagai tanggapan tentang pencalonan saya sebagai anggota legislatif di beberapa milis yang saya ikuti.

Terimakasih atas tanggapannya. Terus terang, hal pertama bisa berikan kepada teman2 yang akan mendukung saya adalah kejujuran serta keterbukaan. Terhadap fasilitas yang akan saya dapat kalau saya nanti menjadi anggota DPR, terhadap semua aktivitas yang saya jalani selama menjadi anggota DPR, karena dengan keterbukaan dan kejujuran tersebut, teman2 akan menilai, apakah saya masih layak menjadi wakil teman2. Mengenai janji akan memperjuangkan kepentingan masyarakat ketimbang partai...itu harus menjadi kewajiban, karena menjadi wakil rakyat, berarti memperjuangkan kepentingan rakyat, bukan partai. Adapun fungsi partai...harus pada akhirnya menjadi fasilitator terhadap semua kepentingan rakyat banyak.

Mengenai perekonomian? Saya bukan ahli perekonomian, akan tetapi begitu saya di angkat menjadi anggota DPR, saya akan membuat kantor tersendiri dengan merekrut beberapa orang daerah untuk senantiasa bisa secara lagsung memantau semua persoalan daerah, sehingga informasi yang saya dapatkan adalah informasi akurat, langsung dari masyarakat yang bersangkutan. Saya kira ini sangat penting, supaya tidak ada pemutar balikan fakta hanya karena (biasanya) faktor ABS (Asal Bapak Senang). Hal positif lain, dengan mengetahui secara langsung, insya Allah, saya bisa secara akurat meneruskan info tersebut kepada teman2 legislator lain yang membidangi masalah yang berkaitan dengan problema daerah yang bersangkutan. Kalau anggota DPR senang dengan turba (turun ke bawah/ konstituen), saya kira pertanyaan2 dari masyarakat atau dari anda mengenai "kurangnya anggota memperjuangkan kepentingan rakyat" tidak lagi muncul.

Saya tidak lagi menjadi anggota DPR RI, semenjak 2004, karena begitu selesai tugas PAW (Pengganti Antar Waktu), saya menyelesaikan studi baik S2 maupun S3 (PhD) di ANU (the Australian National University), Canberra, Australia. Syukurnya, selama waktu yang singkat menjadi anggota DPR RI (sekitar 4 bulan), saya sangat merasakan ilmu saya bermanfaat sekali dalam membantu menyelesaikan beberapa rancangan UU pada waktu itu. Bahkan dalam waktu yang cuma 4 bulan itu, saya terlibat aktif sampai menjadi anggota tim perumus terkecil dalam pembuatan beberapa RUU terebut (silahkan di baca di blog saya, mengenai aktivitas politik saya di DPR).

Kenapa saya mengkhususkan diri meneruskan jenjang pendidikan saya? Bagi saya pendidikan adalah prasyarat utama bagi seorang kandidat legislator, supaya mereka piawai dalam memetakan persoalan sekaligus tidak gagap dalam menanggapi semua informasi yang masif dan selalu berkembang di negeri ini. Kedua, sebagai perancang undang-undang, dan itulah tugas utama para legislator (anggota legislatif) akanlah lebih baik kalau kita sangat menguasai berbagai kodifikasi hukum dan semua klausa yang berkaitan dengan terumuskannya sebuah undang-undang yang baik, yang bisa mengayomi semua kepentingan, terutama kepentingan rakyat, bukan penguasa.

Di Australia (bukan karena kebarat-baratan, hanya sebagai bahan bandingan saja), saya mendapatkan sebuah pengalaman yang berharga mengenai berfungsinya peran MP dan senator (anggota DPR/DPD) sebagai wakil dari rakyat. Seorang anggota parlemen benar-benar berani membuka kantor sendiri, merekrut beberapa "ahli" untuk bersama- sama dengan senator tersebut membahas, mengkaji dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi sebuah permasalahan. Sehingga, ketika senator tersebut, dimintai pendapat, komentarnya bukan semata "asal ngomong" tetapi berdasarkan pengetahuan dan fakta yang benar-benar dia dapatkan dari pakar-pakar yang dia rekrut dan data lapangan. Bukan hanya itu, disparitas gaji antara anggota DPR dengan Profefesor Doktor di sebuah universitas, tidaklah begitu jauh. Sungguh sangat berbeda dengan keadaan kita disini masa kini, dimana ilmu pengetahuan masih kurang diapresiasi dengan baik.

Hal lain yang saya dapatkan di Australia, masyarakatnya diajari untuk tidak GREEDY (tamak) atau sikap ingin menguasai semua sektor. Makanya, terutama di Canberra saya melihat, minimal dari bangunan rumahnya, hampir mayoritas besarnya sama, tidak menampakkan kemewahan yang berarti. Tidak juga dalam hal berpakaian, ataupun berlomba-lomba ganti mobil. Bagi mereka, ada apresiasi secara jujur diberikan kepada mereka yang memiliki integritas tinggi, misalnya kejujurannya, keberanian mengakui kesalahan, dan secara ksatria mundur dari jabatan, kalau mereka memang tidak berhasil menyelesaikan masalah. "Malu" yang sangat berlebihan kalau sampai ia terlibat korupsi, mereka sangat menghormati ritual agama masing2 masyarakatnya. Selama saya berada di Australia, tidak ada kekangan atau sinisme masyarakat Australia terhadap agama Islam, atau model pakaian yang dikenakan (misalnya, saya tetap menggunakan jilbab kemanapun dan dimanapun pergi), kecuali ketika terjadi bom bali, yang dulu sempat membuat sebagian masyarakat Aussie marah.... alhamdulillah saya pada saat itu tidak merasakan "gangguan" dari masyarakatnya.

Harapan saya, kandidat DPR mendatang benar-benar harus sensitif terhadap semua isu ini sekaligus memiliki sense of crisis yang sangat memadai. Sehingga nantinya ... masyarakat secara sadar merasakan kehadiran wakilnya di DPR. Semoga, sekilas info ini bisa memberikan sedikit gambaran mengenai misi yang ingin saya emban bila terpilih menjadi anggota legislatif.

Tidak ada komentar: