24 Oktober 2008
Baiat Anti Korupsi Caleg PKB
Sumber: Liputan6 SCTV
07/09/2008 16:57 - PKB
Biar Tak Korupsi, Caleg PKB Dibaiat
Liputan6.com, Jakarta: Jelang pemilihan umum 2009, banyak cara dilakukan partai politik demi meraih simpati masyarakat. Seperti yang dilakukan Partai Kebangkitan Bangsa di Hotel Atlet Century, Jakarta Selatan, Ahad (7/9) siang, yang membaiat atau sumpah calon legislatifnya.
Sumpah atau baiat itu dibacakan tujuh orang perwakilan caleg dari PKB. Salah satu isi tak melakukan tindak pidana korupsi jika terpilih menjadi wakil rakyat dari PKB. Baiat dilakukan Ketua Dewan Syura Aziz Mansyur dan disaksikan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Dalam acara baiat ini tak tampak perwakilan PKB dari kubu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Walau orang yang dibaiat belum tentu akan menjadi wakil rakyat, PKB berharap sumpah antikorupsi dapat memperbaiki citra DPR yang terpuruk akibat banyak anggotanya terlibat kasus korupsi.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
23 Oktober 2008
National Awakening Party [ Partai Kebangkitan Bangsa ]
Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto lengser keprabon sebagai akibat desakan arus reformasi yang kuat, mulai yang mengalir dari diskusi terbatas, unjuk rasa, unjuk keprihatinan, sampai istighosah dan lain sebagainya. Peristiwa ini menandai lahirnya era baru di Indonesia, yang kemudian disebut era reformasi. Sehari setelah peristiwa bersejarah itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mulai kebanjiran usulan dari warga NU di seluruh pelosok tanah air. Usulan yang masuk ke PBNU sangat beragam, ada yang hanya mengusulkan agar PBNU membentuk parpol, ada yang mengusulkan nama parpol. Tercatat ada 39 nama parpol yang diusulkan. Nama terbanyak yang diusulkan adalah Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat dan Kebangkitan Bangsa.
Ada juga yang mengusulkan lambang parpol. Unsur-unsur yang terbanyak diusulkan untuk lambang parpol adalah gambar bumi, bintang sembilan dan warna hijau. Ada yang mengusulkan bentuk hubungan dengan NU, ada yang mengusulkan visi dan misi parpol, AD/ART parpol, nama-nama untuk menjadi pengurus parpol, ada juga yang mengusulkan semuanya. Di antara yang usulannya paling lengkap adalah Lajnah Sebelas Rembang yang diketuai KH M Cholil Bisri dan PWNU Jawa Barat. Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis. Namun demikian, sikap yang ditunjukan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat. Diantara yang sudah mendeklarasikan sebuar parpol adalah Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.
Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, KH M Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr KH Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), HM Rozy Munir,S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.
Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU untuk menginginkan partai politik, maka pada Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H Abdul Aziz, M.A., Drs. H Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk parpol baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.
Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26 - 28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan:
Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda' Siyasiy, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.
Disadur dari : Website Resmi PKB
16 Oktober 2008
Cina: Kapitalis atau Sosialis?
Saya kira, faktor pemimpin Deng Xiao Ping lah yang telah membuat sejarah China dalam bidang ekonomi menjadi berbeda. Mau dibilang negara kapitalis, bisa saja, karena Deng lah yang telah membuat China menjadi cukup terbuka terhadap dunia luar. Bayangkan, pada saat partai komunis dipimpin Deng, baru sekali itulah, dimasa Deng pemimpin China berkunjung dan membuat serangkaian MOU dengan Amerika Serikat, bahkan dibawah Deng juga, China memndatangani kesepakatan untuk tidak mengagganggu kapitalisme Hongkong yang telah dikembalikan Inggris ke China setelah 99 tahun dikuasai.
Deng mengenalkan program Gaige Kaifang (Reformasi dan Keterbukaan). Deng mengenalkan empat pembaharuan, Pertanian, Industri, Iptek dan militer. Inilah yang kemudian disebut Socialist Market Economy, sebuah terma yang dimaksud sebagai bentuk modifikasi dari Ideologi Sosialisme yang memiliki karakteristik ala China, yaitu bahwa sosialisme bukan berarti berbagi kemiskinan, sosialisme yang bisa juga berarti "untuk kepentingan ekonomi atau kebijakannya, ideologi untuk sementara bisa dikesampingkan berdasarkan asas pragmatisme dan efektivitas.
Lebih jauh Deng mengatakan:
Planning and market forces are not the essential difference between socialism and capitalism. A planned economy is not the definition of socialism, because there is planning under capitalism; the market economy happens under socialism, too. Planning and market forces are both ways of controlling economic activity.
We mustn't fear to adopt the advanced management methods applied in capitalist countries (..) The very essence of socialism is the liberation and development of the productive systems (...) Socialism and market economy are not incompatible. ...We should be concerned about right- wing deviations, but most of all, we must be concerned about left-wing deviations
Jadi mau dibilang sosialis atau kapitalis, bagi Deng semua nggak ada masalah karena planning dan market merupakan asas dari pada aktivitas ekonomi baik di kapitalis maupun sosialis. Mengesampingkan ideologi untuk sebuah kepentingan market bukan soal yang besar bagi Deng, karena untuk membuat sempurnanya sebuah ideologi diperlukan juga basis ekonomi yang kuat. Toh sekarang kalau mau mengikuti fikiran awam, baik mereka yang ekstrim kiri dengan idologi sosialis/komunisme murni maupun ekstrim kanan dengan ideologi liberal/ kapitalisme murni.. pada akhirnya gagal mempertahankan the so call "kehebatan" mereka. Paling enak kalau mau ya mengadopsi sosialisme dan kapitalisme separoh2, sehingga nilai sosialisme bisa ditekankan pada seseorang yang berencana menjadi seorang yang greedy, tamak ( biasanya kelompok kapitalis, nature nya memang demikian, mau merambah semuanya).Karena semua analis ekonom dunia, mulai dari Singapore, Eropa, World bank, Australia dan Amerika sekarang ini sudah menyatakan bahwa by the end of this year, dunia akan mengalami resesi ekonomi yang cukup panjang, minimum setahun, maka saran saya..ya half-half, kita tetap simpan sebagian uang di manapun, dan sekaligus membeli saham, nggak usah banyak2, supaya pada saat terjepit...kita masih berusaha..atau paling gampang sekarang, menurut kawan saya yang kuliah di fakultas ekonomi bilang begini...satu2nya usaha yang tidak akan mengalami resesi adalah buka warung makan, resto siap saji atau apaun yang berurusan dengan makanan...sebab dimanapun, semua orang pasti membutuhkan makanan. Hanya saja, kalau pingin laris, buat makanan yang rasanya enak, harganya bersaing, dan nggak usah banyak2 menunya, di jamin uangnya pasti aman. Kalau nggak pingin rugi2 banget, bikin dengan modal kecil, di pojok jalan dekat sekolahan, atau CBD (pusat bisnis),
Atau saran saya yang lain... sebagai orang muslim dan dari kalangan nahdiyin, buka saja pesantren kecil2 an, santrinya nggak usah banyak. Toh, dulu KH Hasyim Asy'ari pada mulanya hanya memiliki santri sejumlah nggak sampai 20 orang...tetapi karena derajat keilmuannya yang mumpuni, dan doa amalan yang luar biasa, beliau tidak pernah kekurangan dalam hal materi...intinya nggak usah melihat ke atas....tetapi senantiasa menunduk dan berpasrah diri kepada Allah, karena Allah Maha Kaya....saya belum pernah melihat kyai di Indonesia yang kekurangan dalam hal materi (dalam kapasitas yang berbeda2 tentunya)... kecuali mereka sebagian yang cukup greedy dan senantiasa melihat ke atas...mereka akan selalu mengatakan bahwa mereka sangat kekurangan....yang begini yang seharusnya diberi pencerahan......
(Dari berbagai sumber)
Wassalam
Safira Machrusah [Rosa]
Calon Anggota Legislatif DPR-RI
Daerah Pemilihan Jawa Tengah II (Demak, Kudus dan Jepara)
http://safiramachrusah.blogspot.com
PILIHLAH WAKIL YANG MEMPERJUANGKAN KEPENTINGAN ANDA
09 Oktober 2008
PKB Lebih Selektif Jaring Caleg
Sumber: Liputan6.com
Cirebon: Partai Kebangkitan Bangsa kubu Muhaimin Iskandar terus melakukan konsolidasi internal. Ketua Umum PKB, Muhaimin, Ahad (3/8), mengunjungi ulama se-Jawa Barat di Pesantren Babakan, Caringin, Cirebon, Jabar.
Di hadapan para ulama, Cak Imin menjelaskan persoalan ditubuh PKB sudah selesai dan hampir seratus persen komponen telah kembali padanya. Hanya tinggal wilayah Kalimantan Selatan. Untuk urusan calon legislatif Pemilu 2009, Cak Imin berjanji lebih berhati hati dan akan melakukan uji kelayakan dan kepatutan pada calegnya.
Setelah Mahkamah Agung memenangkan atas sengketa dengan PKB kubu Gus Dur, Muhaimin terus melakukan pembenahan di tubuh partainya dengan memecat beberapa orang yang dituduhnya sebagai anasir jahat. Dia juga ingin lebih mengedepankan peran Nahdlatul Ulama sebagai pendukung utama PKB. Karena itu Muhaimin terus mendekati ulama-ulama NU berpengaruh untuk mendongkrak perolehan suara pada 2009.(IAN/Rahmat Supana)
PKB consolidated [ Islah PKB ]
Gus Dur Setuju Islah
Sumber: Liputan6.com 26/07/2008 18:03
Jakarta: Perseteruan internal di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa menunjukkan tanda penyelesaian. Ketua Dewan Syura PKB Abdurrahman Wahid akhirnya menerima keputusan Mahkamah Agung yang menyatakan PKB Muhaimin Iskandar sah secara hukum.
Keputusan tersebut diambil setelah Sabtu (26/7) siang sebanyak tujuh mandataris Dewan Pimpinan Wilayah PKB se-Indonesia menemui Gus Dur di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta. Mewakili seluruh pengurus PKB di wilayah, mereka meminta Gus Dur bersedia melakukan harmonisasi demi kelangsungan hidup partai. Meskipun menolak disebut sebagai islah, keputusan harmonisasi akhirnya diterima Gus Dur [baca: Kasasi Ditolak, Pendukung Muhaimin Sujud Syukur].
Sedangkan dari kubu Muhaimin sendiri, sejak dimenangkan oleh MA, mereka sudah bersedia islah dengan sejumlah catatan. Islah sebetulnya sudah terjadi di kalangan akar rumput. Ini dibuktikan dari sekitar 600 daftar nama calon anggota legislatif yang dikantungi kubu Muhaimin, 20 persennya berasal dari kubu Gus Dur yang menyeberang.(ADO/Dwi Anggia dan Yon Helfi)
Daerah Pemilihan untuk DPR-RI dan Jumlah Kursi
Nanggroe Aceh Darusalam 13 Kursi |
Nanggroe Aceh Darusalam I (7 kursi) |
1. Kab. Aceh Barat |
2. Kab. Aceh Barat Daya |
3. Kab. Aceh Besar |
4. Kab. Aceh Jaya |
5. Kab. Aceh Selatan |
6. Kab. Aceh Singkil |
7. Kota Subulussalam |
8. Kota Banda Aceh |
9. Kab. Nagan Raya |
10. Kab. Simeulue |
11. Kab. Gayo Luwes |
12. Kota Sabang |
13. Kab. Aceh Tenggara |
14. Kab. Pidie |
15. Kab. Pidie Jaya |
Nanggroe Aceh Darusalam II (6 kursi) |
1. Kab. Aceh Tamiang |
2. Kab. Bener Meriah |
3. Kab. Aceh Tengah |
4. Kab. Aceh Timur |
5. Kab. Aceh Utara |
6. Kab. Bireuen |
7. Kota Langsa |
8. Kota Lhokseumawe |
Sumatera Utara 30 Kursi |
Sumatera Utara I (10 kursi) |
1. Kota Medan |
2. Kab. Deli Serdang |
3. Kab. Serdang Bedagai |
4. Kota Tebing Tinggi |
Sumatera Utara II (10 kursi) |
1. Kab. Labuhan Batu |
2. Kab. Tapanuli Selatan |
3. Kota Padang Sidempuan |
4. Kab. Mandailing Natal |
5. Kab. Nias |
6. Kab. Nias Selatan |
7. Kota Sibolga |
8. Kab. Tapanuli Tengah |
9. Kab. Tapanuli Utara |
10. Kab. Humbang Hasundutan |
11. Kab. Toba Samosir |
12. Kab. Samosir |
13. Kab. Padang Lawas Utara |
14. Kab. Padang Lawas |
Sumatera Utara III (10 kursi) |
1. Kab. Asahan |
2. Kota Tanjung Balai |
3. Kota Pematang Siantar |
4. Kab. Simalungun |
5. Kab. Pakpak Bharat |
6. Kab. Dairi |
7. Kab. Karo |
8. Kota Binjai |
9. Kab. Langkat |
10. Kab. Batubara |
Sumatera Barat 14 Kursi |
Sumatera Barat I (8 kursi) |
1. Kab. Kepulauan Mentawai |
2. Kab. Pesisir Selatan |
3. Kota Padang |
4. Kota Solok |
5. Kab. Solok |
6. Kab. Solok Selatan |
7. Kota Sawah Lunto |
8. Kab. Sawah Lunto/ Sijunjung |
9. Kab. Dharmasraya |
10. Kota Padang Panjang |
11. Kab. Tanah Datar |
Sumatera Barat II (6 kursi) |
1. Kab. Pasaman |
2. Kab. Pasaman Barat |
3. Kota Payakumbuh |
4. Kab. Lima puluh Koto |
5. Kota Bukittinggi |
6. Kab. Agam |
7. Kota Pariaman |
8. Kab. Padang Pariaman |
Riau 11 Kursi |
Riau I (6 kursi) |
1. Kab. Siak |
2. Kota Pekan Baru |
3. Kab. Rokan Hilir |
4. Kab. Rokan Hulu |
5. Kab. Bengkalis |
6. Kota Dumai |
Riau II (5 kursi) |
1. Kab. Kuantan Singingi |
2. Kab. Indragiri Hulu |
3. Kab. Indragiri Hilir |
4. Kab. Pelalawan |
5. Kab. Kampar |
Kepulauan Riau 3 Kursi |
1. Kota Batam |
2. Kab. Karimun |
3. Kab. Bintan |
4. Kab. Lingga |
5. Kab. Natuna |
6. Kota Tanjung Pinang |
Jambi 7 Kursi |
1. Kab. Kerinci |
2. Kab. Merangin |
3. Kab. Sarolangun |
4. Kab. Batang Hari |
5. Kab. Muaro Jambi |
6. Kab. Tanjung Jabung Timur |
7. Kab. Tanjung Jabung Barat |
8. Kab. Tebo |
9. Kab. Bungo |
10. Kota Jambi |
Sumatera Selatan 17 Kursi |
Sumatera Selatan I (8 kursi) |
1. Kab. Banyuasin |
2. Kab. Musi Banyu Asin |
3. Kab. Musi Rawas |
4. Kota Palembang |
5. Kota Lubuk Linggau |
Sumatera Selatan II (9 kursi) |
1. Kab. Muara Enim |
2. Kab. Lahat |
3. Kab. Ogan Komering Ulu |
4. Kab. Ogan Komering Ulu Timur |
5. Kab. Ogan Komering Ulu Selatan |
6. Kota Pagar Alam |
7. Kota Prabumulih |
8. Kab. Ogan Komering Ilir |
9. Kab. Ogan Ilir |
10. Kab. Empat Lawang |
Bangka Belitung 3 Kursi |
1. Kab. Bangka |
2. Kab. Belitung |
3. Kab. Belitung Timur |
4. Kab. Bangka Selatan |
5. Kab. Bangka Tengah |
6. Kab. Bangka Barat |
7. Kota Pangkal Pinang |
Bengkulu 4 Kursi |
1. Kota Bengkulu |
2. Kab. Bengkulu Selatan |
3. Kab. Kaur |
4. Kab. Seluma |
5. Kab. Rejang Lebong |
6. Kab. Lebong |
7. Kab. Kepahiang |
8. Kab. Bengkulu Utara |
9. Kab. Muko Muko |
Lampung 18 Kursi |
Lampung I (9 kursi) |
1. Kota Bandar Lampung |
2. Kab. Lampung Barat |
3. Kab. Lampung Selatan |
4. Kab. Tanggamus |
5. Kab. Pesawaran |
6. Kota Metro |
Lampung II (9 kursi) |
1. Kab. Lampung Tengah |
2. Kab. Lampung Utara |
3. Kab. Tulang Bawang |
4. Kab. Way Kanan |
5. Kab. Lampung Timur |
DKI Jakarta 21 Kursi |
DKI Jakarta I (6 kursi) |
1. Kodya Jakarta Timur |
DKI Jakarta II (7 kursi) |
1. Kodya Jakarta Pusat + Luar Negeri |
2. Kodya Jakarta Selatan |
DKI Jakarta III (8 kursi) |
1. Kodya Jakarta Barat |
2. Kodya Jakarta Utara |
3. Kab Adm. Kepulauan Seribu |
Jawa Barat 91 Kursi |
Jawa Barat I (7 kursi) |
1. Kota Bandung |
2. Kota Cimahi |
Jawa Barat II (10 kursi) |
1. Kab. Bandung |
2. Kab. Bandung Barat |
Jawa Barat III (9 kursi) |
1. Kab. Cianjur |
2. Kota Bogor |
Jawa Barat IV (6 kursi) |
1. Kab. Sukabumi |
2. Kota Sukabumi |
Jawa Barat V (9 kursi) |
1. Kab. Bogor |
Jawa Barat VI (6 kursi) |
1. Kota Bekasi |
2. Kota Depok |
Jawa Barat VII (10 kursi) |
1. Kab. Purwakarta |
2. Kab. Karawang |
3. Kab. Bekasi |
Jawa Barat VIII (9 kursi) |
1. Kab. Cirebon |
2. Kab. Indramayu |
3. Kota Cirebon |
Jawa Barat IX (8 kursi) |
1. Kab. Majalengka |
2. Kab. Sumedang |
3. Kab. Subang |
Jawa Barat X (7 kursi) |
1. Kab. Ciamis |
2. Kab. Kuningan |
3. Kota Banjar |
Jawa Barat XI (10 kursi) |
1. Kab. Garut |
2. Kab. Tasikmalaya |
3. Kota Tasikmalaya |
Banten 22 Kursi |
Banten I (6 kursi) |
1. Kab. Pandeglang |
2. Kab. Lebak |
Banten II (6 kursi) |
1. Kota Cilegon |
2. Kab. Serang |
3. Kota Serang |
Banten III (10 kursi) |
1. Kab. Tangerang |
2. Kota Tangerang |
Jawa Tengah 77 Kursi |
Jawa Tengah I (8 kursi) |
1. Kab. Semarang |
2. Kab. Kendal |
3. Kota Salatiga |
4. Kota Semarang |
Jawa Tengah II (7 kursi) |
1. Kab. Kudus |
2. Kab. Jepara |
3. Kab. Demak |
Jawa Tengah III (9 kursi) |
1. Kab. Grobogan |
2. Kab. Blora |
3. Kab. Rembang |
4. Kab. Pati |
Jawa Tengah IV (7 kursi) |
1. Kab. Wonogiri |
2. Kab. Karanganyar |
3. Kab. Sragen |
Jawa Tengah V (8 kursi) |
1. Kab. Boyolali |
2. Kab. Klaten |
3. Kab. Sukoharjo |
4. Kota Surakarta |
Jawa Tengah VI (8 kursi) |
1. Kab. Purworejo |
2. Kab. Wonosobo |
3. Kab. Magelang |
4. Kab. Temanggung |
5. Kota Magelang |
Jawa Tengah VII (7 kursi) |
1. Kab. Purbalingga |
2. Kab. Banjarnegara |
3. Kab. Kebumen |
Jawa Tengah VIII (8 kursi) |
1. Kab. Cilacap |
2. Kab. Banyumas |
Jawa Tengah IX (8 kursi) |
1. Kab. Tegal |
2. Kab. Brebes |
3. Kota Tegal |
Jawa Tengah X (7 kursi) |
1. Kab. Batang |
2. Kab. Pekalongan |
3. Kab. Pemalang |
4. Kota Pekalongan |
Daerah Istimewa Yogjakarta 8 Kursi |
1. Kab. Kulonprogo |
2. Kab. Bantul |
3. Kab. Gunung Kidul |
4. Kab. Sleman |
5 Kota Yogjakarta |
Jawa Timur 87 Kursi |
Jawa Timur I (10 kursi) |
1. Kota Surabaya |
2. Kab. Sidoarjo |
Jawa Timur II (7 kursi) |
1. Kab. Pasuruan |
2. Kota Probolinggo |
3. Kota Pasuruan |
4. Kab. Probolinggo |
Jawa Timur III (7 kursi) |
1. Kab. Bondowoso |
2. Kab. Banyuwangi |
3. Kab. Situbondo |
Jawa Timur IV (8 kursi) |
1. Kab. Lumajang |
2. Kab. Jember |
Jawa Timur V (8 kursi) |
1. Kota Malang |
2. Kota Batu |
3. Kab. Malang |
Jawa Timur VI (9 kursi) |
1. Kab. Tulungagung |
2. Kota Kediri |
3. Kota Blitar |
4. Kab. Kediri |
5. Kab. Blitar |
Jawa Timur VII (8 kursi) |
1. Kab. Pacitan |
2. Kab. Ponorogo |
3. Kab. Trenggalek |
4. Kab. Magetan |
5. Kab. Ngawi |
Jawa Timur VIII (10 kursi) |
1. Kab. Jombang |
2. Kab. Nganjuk |
3. Kab. Madiun |
4. Kota Mojokerto |
5. Kota Madiun |
6. Kab. Mojokerto |
Jawa Timur IX (6 kursi) |
1. Kab. Bojonegoro |
2. Kab. Tuban |
Jawa Timur X (6 kursi) |
1. Kab. Lamongan |
2. Kab. Gresik |
Jawa Timur XI (8 kursi) |
1. Kab. Bangkalan |
2. Kab. Pamekasan |
3. Kab. Sampang |
4. Kab. Sumenep |
Bali 9 Kursi |
1. Kab. Jembrana |
2. Kab. Tabanan |
3. Kab. Badung |
4. Kab. Gianyar |
5. Kab. Klungkung |
6. Kab. Bangli |
7. Kab. Karangasem |
8. Kab. Buleleng |
9. Kota Denpasar |
Nusa Tenggara Barat 10 Kursi |
1. Kab. Lombok Barat |
2. Kab. Lombok Tengah |
3. Kab. Lombok Timur |
4. Kab. Sumbawa |
5. Kab. Sumbawa Barat |
6. Kab. Dompu |
7. Kab. Bima |
8. Kota Mataram |
9. Kota Bima |
Nusa Tenggara Timur 13 Kursi |
Nusa Tenggara Timur I (6 kursi) |
1. Kab. Manggarai Barat |
2. Kab. Manggarai |
3. Kab. Ngada |
4. Kab. Ende |
5. Kab. Sikka |
6. Kab. Flores Timur |
7. Kab. Lembata |
8. Kab. Alor |
9. Kab. Nagekeo |
10. Kab. Manggarai Timur |
Nusa Tenggara Timur II (7 kursi) |
1. Kab. Sumba Barat |
2. Kab. Sumba Tengah |
3. Kab. Sumba Barat Daya |
4. Kab. Sumba Timur |
5. Kab. Rote Ndao |
6. Kab. Kupang |
7. Kota Kupang |
8. Kab. Belu |
9. Kab. Timor Tengah Utara |
10. Kab. Timor Tengah Selatan |
Kalimantan Barat 10 Kursi |
1. Kab. Sambas |
2. Kab. Bengkayang |
3. Kab. Landak |
4. Kab. Pontianak |
5. Kab. Sanggau |
6. Kab. Sekadau |
7. Kab. Ketapang |
8. Kab. Sintang |
9. Kab. Melawi |
10. Kab. Kapuas Hulu |
11. Kota Pontianak |
12. Kota Singkawang |
13. Kab. Kayong Utara |
14. Kab. Kubu Raya |
Kalimantan Tengah 6 Kursi |
1. Kab. Kotawaringin Barat |
2. Kab. Kotawaringin Timur |
3. Kab. Kapuas |
4. Kab. Barito Selatan |
5. Kab. Barito Utara |
6. Kab. Sukamara |
7. Kab. Lamandau |
8. Kab. Seruyan |
9. Kab. Katingan |
10. Kab. Pulang Pisau |
11. Kab. Gunung Mas |
12. Kab. Barito Timur |
13. Kab. Murung Raya |
14. Kota Palangkaraya |
Kalimantan Selatan 11 Kursi |
Kalimantan Selatan I (6 kursi) |
1. Kab. Banjar |
2. Kab. Barito Kuala |
3. Kab. Tapin |
4. Kab. Hulu Sungai Selatan |
5. Kab. Hulu Sungai Tengah |
6. Kab. Hulu Sungai Utara |
7. Kab. Tabalong |
8. Kab. Balangan |
Kalimantan Selatan II (5 kursi) |
1. Kab. Tanah Laut |
2. Kab. Kota Baru |
3. Kab. Tanah Bumbu |
4. Kota Banjarmasin |
5. Kota Banjar Baru |
Kalimantan Timur 8 Kursi |
1. Kab. Paser |
2. Kab. Kutai Barat |
3. Kab. Kutai Kartanegara |
4. Kab. Kutai Timur |
5. Kab. Berau |
6. Kab. Malinau |
7. Kab. Bulungan |
8. Kab. Nunukan |
9. Kab. Penajam Paser Utara |
10. Kota Balikpapan |
11. Kota Samarinda |
12. Kota Tarakan |
13. Kota Bontang |
14. Kab. Tana Tidung |
Sulawesi Utara 6 Kursi |
1. Kab. Bolaang Mongondow |
2. Kab. Minahasa |
3. Kab. Minahasa Utara |
4. Kab. Kepulauan Sangihe |
5. Kab. Kepulauan Talaud |
6. Kab. Minahasa Selatan |
7. Kab. Kota Manado |
8. Kab. Kota Bitung |
9. Kab. Kota Tomohon |
10. Kab. Minahasa Tenggara |
11. Kab. Bolaang Mongondow Utara |
12. Kab. Siau Tagulandang Biaro |
13. Kota Kotamobagu |
Gorontalo 3 Kursi |
1. Kab. Boalemo |
2. Kab. Gorontalo |
3. Kab. Pohuwato |
4. Kab. Bone Bolango |
5. Kota Gorontalo |
6. Kab. Gorontalo Utara |
Sulawesi Tengah 6 Kursi |
1. Kab. Banggai Kepulauan |
2. Kab. Banggai |
3. Kab. Morowali |
4. Kab. Poso |
5. Kab. Tojo Una-una |
6. Kab. Donggala |
7. Kab. Toli-Toli |
8. Kab. Buol |
9. Kab. Parigi Moutong |
10. Kota Palu |
Sulawesi Selatan 24 Kursi |
Sulawesi Selatan I (8 kursi) |
1. Kab. Selayar |
2. Kab. Bantaeng |
3. Kab. Jeneponto |
4. Kab. Takalar |
5. Kab. Gowa |
6. Kota Makassar |
Sulawesi Selatan II (9 kursi) |
1. Kab. Sinjai |
2. Kab. Bone |
3. Kab. Maros |
4. Kab. Bulukumba |
5. Kab. Pangkajene Kepulauan |
6. Kab. Barru |
7. Kota Pare Pare |
8. Kab. Soppeng |
9. Kab. Wajo |
Sulawesi Selatan III (7 kursi) |
1. Kab. Sidenrang Rapang |
2. Kab. Enrekang |
3. Kab. Luwu |
4. Kab. Tanah Toraja |
5. Kab. Luwu Utara |
6. Kab. Luwu Timur |
7. Kab. Pinrang |
8. Kota Palopo |
Sulawesi Tenggara 5 Kursi |
1. Kab. Buton |
2. Kab. Wakatobi |
3. Kab. Bombana |
4. Kab. Muna |
5. Kab. Konawe |
6. Kab. Kolaka |
7. Kolaka Utara |
8. Konawe Selatan |
9. Kota Kendari |
10. Kota Bau Bau |
11. Kab. Konawe Utara |
12. Kab. Buton Utara |
Sulawesi Barat 3 Kursi |
1. Kab. Mamuju Utara |
2. Kab. Mamuju |
3. Kab. Mamasa |
4. Kab. Polewali Mamasa |
5. Kab. Majene |
Maluku 4 Kursi |
1. Kab. Maluku Tenggara Barat |
2. Kab. Maluku Tenggara |
3. Kab. Kepulauan Aru |
4. Kab. Maluku Tengah |
5. Kab. Seram Bagian Barat |
6. Kab. Seram Bagian Timur |
7. Kab. Buru |
8. Kota Ambon |
9. Kota Tual |
Maluku Utara 3 Kursi |
1. Kab. Halmahera Barat |
2. Kab. Halmahera Tengah |
3. Kab. Kepulauan Sula |
4. Kab. Halmahera Selatan |
5. Kab. Halmahera Utara |
6. Kab. Halmahera Timur |
7. Kota Ternate |
8. Kota Tidore Kepulauan |
Papua 10 Kursi |
1. Kab. Merauke |
2. Kab. Jayawijaya |
3. Kab. Jayapura |
4. Kab. Nabire |
5. Kab. Yapen Waropen |
6. Kab. Biak Numfor |
7. Kab. Supiori |
8. Kab. Paniai |
9. Kab. Puncak Jaya |
10. Kab. Mimika |
11. Kab. Boven Digul |
12. Kab. Mappi |
13. Kab. Asmat |
14. Kab. Yahukimo |
15. Kab. Pegunungan Bintang |
16. Kab. Tolikara |
17. Kab. Sarmi |
18. Kab. Keerom |
19. Kab. Waropen |
20. Kota Jayapura |
21. Kab. Mamberamo Raya |
22. Kab. Yalimo |
23. Kab. Mamberamo Tengah |
24. Kab. Nduga |
25. Kab. Lanny Jaya |
26. Kab. Puncak |
27. Kab. Dogiyai |
Papua Barat 3 Kursi |
1. Kab. Fak-fak |
2. Kab. Sorong |
3. Kab. Manokwari |
4. Kab. Kaimana |
5. Kab. Sorong Selatan |
6. Kab. Raja Ampat |
7. Kab. Teluk Bintuni |
8. Kab. Teluk Wondama |
9. Kota Sorong |