Sejak beberapa hari ini, kurs mata uang rupiah menguat terhadap dollar Amerika. Dari mendekati Rp 13.000 per 1 USD akhir November sampai pagi ini turun sekitar 10.900-an (lihat grafik pergerakan Rupiah-USD di bawah). Bahkan mungkin kalau kita menjual USD hanya akan dihargai 10.500-an atau kurang.
Dengan menguatnya Rupiah, maka kurs Dollar Australia (tetangga kita) juga ikut melemah. Dari sekitar Rp 8.000-an akhir November menjadi sekitar Rp 7.100-an per AUD pagi ini (lihat grafik pergerakan Rupiah-AUD di bawah). Dan kalau hari ini mengirim uang ke Indonesia dari Australia barangkali akan dihargai sekitar Rp. 6.800-an. Padahal, sebetulnya AUD juga terlihat mengalami penguatan terhadap USD dalam sepekan terakhir. Dari 1 AUD sekitar 0.61 USD menjadi hampir 0.66 USD. Namun karena Rupiah menguat cukup tajam, maka AUD jadi ikut melemah terhadap Rupiah.
Melihat data-data sederhana itu ada dua pertanyaan saya:
1) Apakah menguatnya mata uang - mata uang ini terhadap USD mengindikasikan mulainya para investor untuk kembali ke bursa-bursa saham di luar Amerika, yakni adanya sentimen semakin percaya krisis bakal bisa dilewati?
2) Apakah menguatnya Rupiah yang cukup tajam karena Indonesia lebih cepat menerima para investor itu, plus tekanan terhadap Rupiah semakin kurang karena pengejaran USD semakin menurun (karena sudah masuk Desember jadi waktu cari USD untuk bayar-bayar sudah lewat, juga mungkin karena para jemaah haji sudah berangkat semua)?
Mungkin para ekonom bisa ikut menjelaskan. Namun kalau memang pertanyaan itu terjawab dengan affirmatif, maka Alhamdulillah, berarti krisis finansial dunia ini sudah mulai terlihat ujungnya dan perbaikan sudah di depan pintu.
Salam,
Muhammad Taufiq Prabowo
via Safira Machrusah
http://safiramachrusah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar