16 Desember 2008

Ibadah Haji dan Toleransi

Bismillah wal hamdulillah.

Kesaksian para jemaah haji

Coba kita sedikit membayangkan. Siang itu sudah lewat Dzuhur. Anda berada di puncak sebuah bukit. Anda menengok ke kiri dan ke kanan. Yang terlihat adalah lautan, tapi bukan air. Ini lautan manusia dan tenda. Lebih dari 2 juta orang berkumpul saat itu. Semua berada di sekitar bukit tempat anda berdiri. Hampir semua terlihat memakai kain putih. Sebagian orang sedang berjalan. Ada pula yang tengah duduk. Ada yang sedang mendaki bukit, ada yang lagi turun. Ada yang di bawah terik matahari, ada pula yang berteduh di bawah tenda. Anda melihat mulut mereka bergerak-gerak, komat-kamit, berdzikir, berdoa, bermunajat. Wajah mereka terlihat antara haru dan gembira. Semua larut dalam perasaannya masing-masing. Nah, sekarang silahkan membuka mata.


Itulah pemandangan saat lebih dari dua juta anak manusia wuquf di Arafah. Berhenti dari kehidupan rutin dan mencoba dekat dengan Allah. Meninggalkan sanak, keluarga bahkan mungkin wadaknya sendiri untuk bertemu Allah. Dalam sebuah wawancara dengan Saudi Gazette, Isack Aly Amade dari Mozambique bercerita bahwa ia kehilangan kata-kata untuk mengekspresikan batinnya saat haji. Berdiri terpaku saat berada di Arafah, ia seakan merasa berada di Hari Kiamat (Hari Perhitungan) “saat setiap jiwa harus mempertanggung-jawabkan amal-amalnya.”


Memang, saat berada di depan Mahkamah Allah semua orang sama. Seperti juga saat para jemaah haji itu di Arafah, mereka terlihat hampir seragam. Tak ada terlintas status sosial mereka. Rawin Kunkongkaphan, dari Bangkok, Thailand, bercerita pada Saudi Gazette, bahwa haji adalah pertemuan religius terbesar di dunia. Ia mengumpulkan hampir 3 juta orang di satu tempat. “Hajj is an amazing event if you look at different people coming from different parts of the world. When they put on Iharm they all become brothers.” Selanjutnya, ia berpendapat bahwa haji mendorong semua orang Islam untuk bersatu dan berjihad demi kedamaian dunia.


Hal senada diungkapkan oleh Habib Allah pada CNN. Warga Pakistan yang berumur 24 tahun ini belum pernah meninggalkan negerinya sebelum berhaji. Ia mengatakan bahwa ia merasa melihat “dunia secara utuh” di Mekah, Arab Saudi. “Saya merasa kita semua seperti saudara.” “I never thought about this before. The hajj has changed my thoughts about other Muslims from other countries. The hajj has united us as Muslims and as brothers.” Ia melanjutkan, “Setelah saya melaksanakan Haji, saya merasa bahwa dunia sangat kecil dan kami semua saling berbagi tempat ... bumi ini. Kita semua harus hidup damai satu dengan yang lain, apakah dengan Muslim atau non-Muslim.”


Ada juga kesaksian dari Roland Boon dari Rotterdam, Belanda, yang juga baru pertama kali berhaji. “The crowd here is really amazing, and I think it is something that you cannot describe in words.” Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan pada dunia bahwa “Muslims love peace and want to live in harmony.” “Saya berharap semua orang Islam dapat hidup dengan damai dan melupakan banyak perbedaan di antara mereka.” Dan masih ada lagi beberapa kesaksian yang serupa dari jemaah haji lain dari berbagai negara.


Hasil penelitian Harvard Kennedy School


Apa yang disampaikan para jemaah haji itu sebenarnya tidak jauh beda dengan hasil penelitian yang dimotori oleh David Clingingsmith, Asim Ijaz Khwaja dan Michael Kremer dari Harvard Kennedy School, Amerika. Kertas kerja yang dipublikasikan bulan April 2008 itu berjudul Estimating the Impact of the Hajj: Religion and Tolerance in Islam’s Global Gathering”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dan menggunakan uji statistik terhadap 1.600 responden jemaah haji Pakistan yang lolos undian maupun yang tidak lolos undian, 5-8 bulan setelah pulang dari ibadah haji. Sekedar informasi, Pakistan menerapkan sistem undian untuk membatasi jumlah jemaah hajinya sesuai dengan aturan kuota dari Saudi Arabia.


Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan di antaranya: ibadah haji menciptakan perasaan bersatu di antara umat Islam dan meningkatkan praktek-praktek religius yang bersifat global dan kemungkinan mengurangi bentuk-bentuk praktek lokal.


Pengalaman berkumpul dengan orang banyak dari berbagai negara tidak selalu membuahkan sikap positif terhadap yang lain. Hal itu tergantung dari jenis perkumpulan itu, kompetitif atau kooperatif. Ibadah haji terbukti membuahkan perasaan dan sikap positif terhadap bangsa lain dan memperkuat perasaan persatuan umat Islam. Memang saat beribadah haji, setiap jemaah berkumpul sekitar 2 sampai 4 minggu bersama jutaan umat Islam yang lain dari berbagai negara dan melakukan aktifitas yang sama, shalat berjamaah, thawaf bersama-sama, dll. Apalagi saat semua jemaah mengenakan kain ihram. Hampir semua mengenakan pakaian putih dan simpel. Semua menyiratkan kebersamaan.


Di samping itu, meski terhalang oleh banyak kendala, sebagian besar responden penelitian (66%) menyatakan bahwa selama menjalankan ibadah haji mereka melakukan interaksi dengan jemaah haji dari negara lain. Interaksi serta observasi yang kooperatif ini mendorong munculnya perasaan persatuan di antara umat Islam. Satu hal yang menarik, bahwa sebagian besar responden dari Pakistan ini menyatakan bahwa jemaah haji Indonesia adalah kelompok Muslim yang terbaik dalam melaksanakan agama Islam (p.16).


Lebih dari munculnya perasaan bersatu, ibadah haji juga mendorong agar umat Islam bisa hidup harmonis dengan perbedaan-perbedaan yang ada (p.19). Jemaah haji yang merasakan sikap positif terhadap orang atau bangsa lain, dalam penelitian itu juga menyatakan adanya persamaan (equality) di antara berbagai kelompok umat Islam, bahwa satu kelompok dengan kelompok yang lain adalah sederajat. Dan semestinya semua menghargai perbedaan masing-masing. Bahwa kehidupan yang harmonis bisa dibangun dengan menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan di antara umat Islam tanpa mengecilkan pihak lain. Hal ini terdorong di antaranya dengan melihat dan menyaksikan adanya perbedaan madzhab dalam menjalankan ibadah. Misalnya, meski berbeda dalam detail, toh mereka bisa shalat berjamaah bersama-sama.


Apakah sikap positif itu juga melebar ke orang atau bangsa lain non-muslim? Penelitian tentang haji ini menjawab dengan affirmatif. Ya. Terbukti bahwa ibadah haji mendorong para jemaah untuk cenderung lebih mensupport perdamaian. Misalnya dengan menyatakan bahwa metode-metode Osama bin Laden keliru atau bahwa menjalankan perjanjian damai Pakistan dengan India adalah sangat penting.


Secara individual, ibadah haji juga biasanya membuahkan pengalaman relijius “merasa dekat dengan Allah”. Dalam penelitian haji itu dinyatakan bahwa jemaah haji sepulang dari Mekkah semakin dianggap atau mungkin juga merasa sebagai orang yang lebih relijius. Karenanya, hasrat untuk meningkatkan berbagai jenis ibadah sunnah semakin menonjol, terutama ibadah-ibadah yang secara umum diterima umat Islam, misalnya berpuasa di luar Ramadhan dan shalat tahajjud. Di samping itu, ada juga kemungkinan bahwa praktek-praktek yang bersifat sangat “lokal” dan cenderung “kontroversial” semakin berkurang karena sudah haji. Di antara praktek-praktek itu misalnya pemakaian jimat dan pembayaran dowry saat pernikahan.


Di samping dampak-dampak di atas ada juga dampak positif lain dalam sikap terhadap perempuan. Di antaranya dengan menerima perempuan bekerja, perempuan terdidik dengan baik. Dengan kata lain, ibadah haji mendorong seseorang untuk “more religious, more united, more tolerant, more open-minded, more global, less local and less sexist”. Dan yang barangkali perlu juga digarisbawahi bahwa perubahan tersebut lebih didorong oleh pengalaman relijius selama menjalakan ibadah haji di banding merupakan hasil edukasi para ulama atau karena perubahan status sosial setelah pulang.


Toleransi beragama


Dalam penelitian yang telah saya sebutkan tadi terlihat bahwa ibadah haji mendorong seseorang untuk bersikap toleran. Dalam pembicaraan toleransi atau toleransi dalam beragama, menurut hemat saya sering disalahartikan sehingga mengundang “kontroversi”. Toleransi dalam bahasa Indonesia yang saya pahami merupakan kata pungut dari tolerance dalam bahasa Inggris. Kata itu sendiri adalah kata pungut dari bahasa Latin tolerantia yang masuk dalam kamus Inggris lewat bahasa Perancis Kuno. Berasal dari kata tolerare yang artinya adalah “endure atau tangguh. Dalam kamus Concise Oxford English Dictionary kata tolerate yang menjadi asal kata tolerance diartikan “allow the existence or occurrence of (something that one dislikes or disagrees with) without interference or endure (someone or something unpleasant) with forbearance”. Atau kalau kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira, sikap untuk menerima adanya seseorang atau paham yang tidak disukai atau ditolak tanpa ikut campur tangan dengan orang atau faham itu. Hal itu muncul karena adanya keteguhan dan kesabaran pihak yang lain.


Dengan demikian sikap toleran itu pada awalnya lebih bersifat passif. Selama saya misalnya, dapat menerima bahwa si polan itu berbeda dengan saya dalam praktek agamanya dan saya tidak ikut campur tangan mengenai praktek itu maka saya sebenarnya sudah toleran. Memang sebagaimana sudah lazim setiap ada hak, maka hak itu akan dibatasi oleh hak orang lain. Maka kalau satu praktek keagamaan itu merugikan dan mencederai hak pihak lain, maka membiarkan saja hal itu sudah merupakan bentuk “toleransi” (kalau bisa dikatakan begitu) yang tidak semestinya.


Dalam agama Islam, menurut yang saya mengerti, banyak ajaran yang mendorong untuk menerima adanya perbedaan dan bahkan untuk menghargai orang-orang yang memiliki pemahaman yang berbeda itu. Misalnya, di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2:256), Allah swt berfirman:

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ

Yang artinya kira-kira “Tidak ada paksaan dalam hal beragama. Sungguh telah terang mana jalan yang benar dari yang keliru.” Atau juga ayat lain dalam surat Hud (11:118),

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ

Yang artinya kira-kira, “Kalau Tuhanmu, Muhammad, menghendaki niscaya Dia akan jadikan semua manusia itu satu ummat saja. [Namun Ia biarkan sehingga] mereka selalu saja berbeda.”


Rasulullah saw pun menunjukkan hal itu dengan aksi nyata beliau. Misalnya saat seorang Yahudi meninggal dunia dan jenazahnya lewat di depan beliau, Rasulullah saw langsung bangkit memberikan penghormatan. Para sahabat pun ikut berdiri. Lalu seseorang berkata, “Itu adalah jenazah seorang Yahudi.” Rasulullah menjawab, “Bukankah ia juga orang yang berjiwa?” (Sahih Bukhari dan Muslim).


Sikap toleransi yang pada mulanya berbentuk passif, atau kalau pun aktif masih dalam bentuk menghargai orang yang berbeda, terkadang diminta juga diekspresikan dalam bentuk aktif, misalnya dalam berupa kerjasama. Dan toleransi akhirnya diartikan sebagai "kerjasama". Nah, sebagian bentuk-bentuk ekspresi toleransi aktif inilah yang kemudian misleading. Alih-alih prinsip “tidak ikut campur tangan” yang terkandung dalam kata toleransi menjadi diartikan sebagai “mengalah dan mencampur adukkan antara prinsip-prinsip yang berbeda.” Sehingga toleransi yang memiliki konotasi positif, kemudian tercemar dan kadang mengandung konotasi negatif.


Terakhir, saya ingin mengutip satu ayat dari surat Al-Mumtahanah yang merupakan prinsip besar yang saya pelajari dalam berbuat baik kepada semua umat manusia. Intinya, selama tidak ada konteks yang menghalangi perbuatan baik itu menjadi bumerang bagi dirinya, berbuat baik kepada semua umat manusia perlu dilakukan.

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Yang artinya kira-kira, "Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."


Wallahu a'lam bish shawab. Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariq.




Muhammad Taufiq Prabowo


Sumber:


Al-Quran

Hadits Sahih Bukhari dan Muslim

http://www.saudigazette.com.sa/index.cfm?method=home.regcon&contentID=2008121024008

http://www.cnn.com/2008/LIVING/12/08/hajj.tolerance/index.html

David Clingingsmith, Asim Ijaz Khwaja & Michael Kremer, 2008, “Estimating the Impact of the Hajj: Religion and Tolerance in Islam’s Global Gathering”, Faculty Research Working Papers Series, April 2008, RWP08-022, http://ksgnotes1.harvard.edu/Research/wpaper.nsf/rwp/RWP08-022

Concise Oxford English Dictionary

10 Desember 2008

December Bloom: Krisis ekonomi dunia mulai berlalu?

Di halaman sebagian rumah mungkin December's Bloom ini adalah saatnya bunga-bunga indah bermunculan. Adakah bunga-bunga itu memberikan nuansa segar juga bagi perekonomian dunia?


















Sejak beberapa hari ini, kurs mata uang rupiah menguat terhadap dollar Amerika. Dari mendekati Rp 13.000 per 1 USD akhir November sampai pagi ini turun sekitar 10.900-an (lihat grafik pergerakan Rupiah-USD di bawah). Bahkan mungkin kalau kita menjual USD hanya akan dihargai 10.500-an atau kurang.

Dengan menguatnya Rupiah, maka kurs Dollar Australia (tetangga kita) juga ikut melemah. Dari sekitar Rp 8.000-an akhir November menjadi sekitar Rp 7.100-an per AUD pagi ini (lihat grafik pergerakan Rupiah-AUD di bawah). Dan kalau hari ini mengirim uang ke Indonesia dari Australia barangkali akan dihargai sekitar Rp. 6.800-an. Padahal, sebetulnya AUD juga terlihat mengalami penguatan terhadap USD dalam sepekan terakhir. Dari 1 AUD sekitar 0.61 USD menjadi hampir 0.66 USD. Namun karena Rupiah menguat cukup tajam, maka AUD jadi ikut melemah terhadap Rupiah.

Melihat data-data sederhana itu ada dua pertanyaan saya:

1) Apakah menguatnya mata uang - mata uang ini terhadap USD mengindikasikan mulainya para investor untuk kembali ke bursa-bursa saham di luar Amerika, yakni adanya sentimen semakin percaya krisis bakal bisa dilewati?
2) Apakah menguatnya Rupiah yang cukup tajam karena Indonesia lebih cepat menerima para investor itu, plus tekanan terhadap Rupiah semakin kurang karena pengejaran USD semakin menurun (karena sudah masuk Desember jadi waktu cari USD untuk bayar-bayar sudah lewat, juga mungkin karena para jemaah haji sudah berangkat semua)?

Mungkin para ekonom bisa ikut menjelaskan. Namun kalau memang pertanyaan itu terjawab dengan affirmatif, maka Alhamdulillah, berarti krisis finansial dunia ini sudah mulai terlihat ujungnya dan perbaikan sudah di depan pintu.


Salam,

Muhammad Taufiq Prabowo
via Safira Machrusah
http://safiramachrusah.blogspot.com/



08 Desember 2008

Selamat Hari Idul Adha 1429 H

Masjid Lakemba Sydney, Australia


Assalamu'alaikum wr. wb,

Insya Allah, Hari Raya Kurban (Idul Adha) 10 Dzulhijjah 1429 H jatuh pada hari Senin, 8 Desember 2008. Rasulullah saw mengajarkan untuk puasa sunnah
pada hari Tarwiyah dan hari Arafah, yakni pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah atau untuk tahun ini bertepatan dengan tanggal 6 dan 7 Desember 2008. Rasulullah saw juga mengajarkan untuk menyembelih kurban yang bisa kita laksanakan setelah Shalat Ied pada tanggal 8 Desember sampai dengan tanggal 11 Desember 2008.

Dengan kerendahan hati, saya sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Kurban. Semoga Allah swt selalu memberikan kita kesadaran dan kekuatan untuk mampu berkorban bagi kepentingan masyarakat luas. Semoga Allah swt melindungi seluruh hamba-hamba-Nya khususnya para jemaah haji yang sedang berkunjung ke Baitullah. Amin.


Wassalam,

Muhammad Taufiq Prabowo & Safira Machrusah


Kamis, 04/12/2008 12:30 WIB
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 8 Desember
Elvan Dany Sutrisno - detikNews

http://www.detiknews.com/read/2008/12/04/123024/1047968/10/pemerintah-tetapkan-idul-adha-8-desember


Jakarta - Sidang isbat Departemen Agama (Depag) menetapkan Idul Adha jatuh pada Senin 8 Desember 2008. Wakil dari 27 provinsi yang melaksanakan rukiyat hilal pada Kamis 27 November 2008 tidak melihat hilal sehingga bulan Dzulqa'dah 1429 H diistikmalkan 30 hari.

"Pemerintah menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1429 H jatuh pada Sabtu 29 November 2008 sehingga hari Raya Idul Adha jatuh pada Senin 8 Desember 2008," ujar Dirjen Bimas Islam Depag Nasaruddin Umar di Kantor Depag, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis (4/12/2008).

Nasaruddin berharap, ormas Islam menyatukan pendapat dengan Depag. Terutama bagi beberapa oknum yang merayakan hari raya 2-3 hari sebelumnya.

Nasaruddin juga berharap ke depannya ormas Islam mengirimkan wakil untuk sidang isbat supaya ada persamaan metode perhitungan penentuan 1 Dzulhijjah sehingga meminimalisir perbedaan hari raya.

"Kami akan mempertemukan NU dan Muhammadiyah dan ormas lainnya di UIN Syarief Hidayatullah. Nanti kami akan menjembatani perbedaan," kata Nasaruddin.
(nik/nrl)

05 Desember 2008

Kekalahan yang elegan, kemenangan yang santun

Membaca artikel di Kompas [terlampir di bagian bawah posting] pagi ini saya terhenyak. Kemaren lusa, sewaktu mendengar pidato Mc Cain memang saya merasa, bahwa Mc Cain telah memberikan pidato yang sangat baik. Akan tetapi karena barangkali semua orang, termasuk saya, lebih menunggu-nunggu pidato kemenangan Obama, maka perhatian awal saya pada pidato Mc Cain jadi menyurut. Namun pagi ini, pidato itu kembali menyeruak dan menyadarkan saya tentang sebuah "etika berpolitik" yang indah, yang patut kita rujuk dalam mengelola demokrasi di negeri kita tercinta.

Sengaja saya mulai dengan kekalahan yang elegan, karena tradisi ini memang saya rasa masih kurang berjalan di negeri kita. Banyak kasus dapat kita baca dan mungkin juga kita alami, pemilihan kepala daerah berakhir dengan kemelut. Bahkan berlanjut dengan adu fisik dan berbagai bentuk kekerasan yang lain. Demokrasi bukanlah hanya sekedar metode untuk memperoleh kekuasaan, tapi ia juga sebuah "etika". Dan "etika" inilah yang perlu kita perjuangkan untuk menjadi tradisi bersama dengan proses pemilihan umum.

Meskipun etika berdemokrasi dengan mengakui kekalahan barangkali pernah kita lihat sebelumnya, namun acara pemilihan Presiden Amerika kemaren saya kira adalah yang paling diikuti di jaringan media dunia. Sehingga, hampir sebagian besar masyarakat dunia dapat mengikuti, termasuk mengikuti pidato kekalahan elegan dari Mc Cain. Kemaren lusa, sebelum peghitungan cepat usai dilakukan di seluruh wilayah Amerika Serikat, namun sudah dapat dipastikan bahwa penghitungan cepat di beberapa daerah lain memenangkan kubu Obama, Mc Cain langsung menyampaikan pidato kekalahan. Secara jentelmen ia mengakui kekalahannya. Ia mengatakan bahwa kekalahan itu karena kesalahannya. Karena pendukungnya sudah bekerja keras untuk memenangkan pencalonannya. Meski Mc Cain pun sebenarnya, dalam usianya yang sudah 72 tahun itu, masih berjuang dengan gigih di detik-detik terakhir dengan melakukan perjalanan maraton 3.000 km untuk kampanye. Selain mengakui kekalahannya, Mc Cain juga memuji dan menghormati keunggulan lawan... meski terdengar suara "huuu...." publik yang tidak senang. Tapi Mc Cain dengan bahasa tubuh dan lisan tetap menyampaikan penghormatannya untuk Obama. Mc Cain, seorang veteran perang Vietnam benar-benar menunjukkan sikap ksatria dan menunjukkan kebesaran hati. Ia benar-benar menunjukkan sebuah etika yang indah, sebuah kekalahan yang elegan.

Di sisi lain, pidato Obama juga memang memukau, semua orang mengakui. Dengan santun ia juga memuji Mc Cain dan Sarah Palin sesaat setelah kemengan mutlak diraihnya. Mereka adalah orang-orang terhormat yang telah berjuang dengan gigih. Namun Amerika menginginkan perubahan dengan dirinya. Satu hal lain yang saya catat, kesantunan itu secara eksplisit disampaikan juga oleh Obama dengan mengajak Mc Cain bekerjasama. Dengan undangan seperti ini, sebuah kemenangan menjadi kemenangan bersama, bukan kemenangan kelompok. Dan saya sedikit banyak yakin bahwa nantinya pemerintahan Obama akan cenderung bipartisan. Tidak dipimpin oleh orang-orang Partai Demokrat saja [Sebagian analis menduga bahwa kemungkinan Mc Cain/Hagel akan menjabat di pucuk pimpinan Pentagon. Saya kira hal-hal yang berkaitan dengan Homeland Security juga jadi tempat yang pantas untuk Partai Republik].

Dengan dua pidato seperti itu, kekalahan jadi elegan dan kemenangan jadi santun. Dan melihat politik menjadi power game yang indah.

Pertanyaan saya, atau juga harapan saya, adakah hal yang sama akan tercipta di Indonesia? Biar berat melihat kenyataan yang ada, namun kalau semua sudah mulai sadar dan memiliki political will untuk berubah, kesantunan berpolitik itu pasti bisa juga tercipta di Indonesia. Memang elit politik perlu memulainya dan aturan "mengakui kekalahan" dalam UU Pilpres adalah sebuah langkah awal dari tradisi berpolitik yang cantik. Namun itu saja tak cukup. Meminjam bahasa salah satu volunteer Obama dari Pensylvania, yang baru memutuskan memilih Obama dua bulan sebelum pemilu, bahwasanya "bukan pemerintah yang bisa mengubah rakyat ini", tetapi sebaliknya "rakyatlah yang harus berani mengubah sistim pemerintahan di negeri ini". Saya yakin, bahwa masyarakat kita yang sudah semakin rasional pasti bisa memulai perubahan itu.

Satu hal lain yang barangkali perlu kita renungkan juga, bahwa menjadi tokoh politik juga harus siap untuk "dinilai" oleh publik. Kesiapan inilah yang saya rasa membantu orang-orang politik untuk siap kalah atau menang. Dengan mental siap dinilai publik maka kalah pun jadi hal yang tidak berat. Salah satu contoh "penilaian publik" adalah "komedi politik". Contoh ini, di Indonesia baru dicoba dan mungkin belum sepenuhnya dapat diadopsi masyarakat, termasuk oleh sebagian politikusnya. Orang masih sensitif ketika misalnya, tokoh politiknya dikerjain sedemikian rupa oleh komedian, atau diberi anekdot-anekdot yang sarkastik. Bahkan dalam kasus yang lebih ekstrim, salah ngomong, mencemooh seorang tokoh... lalu dibawa ke pengadilan. Saya kira pendewasaan politik itu harus secara terus menerus dilakukan baik oleh elit maupun di kalangan masyarakat. Bahwasanya apa yang diatributkan orang lain dengan segala keburukannya harus diterima oleh para elit politik sebagai kritik yang membangun. Dan mereka harus bisa menenteramkan pendukungnya, bukan malah menyulut mereka. Memang menjadi public figure, perlu dan harus mau menerima banyak masukan termasuk kritik. Dengan sikap dewasa, kritik selayaknya diterima tetapi cemooh dan ejekannya tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Kepala boleh panas, tapi hati harus senantiasa tetap dingin. Kata orang bijak, "Kita hanya punya dua tangan. Membungkam mulut orang yang benci paling-paling hanya bisa dua. Sebaliknya, menutup telinga dengan dua jari saja sudah cukup untuk menyaring semua ejekan dan hinaan".

Akhirnya, semoga pemilu Amerika kali ini benar-benar menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua. Saatnya kita mencoba kampanye yang lebih serius; minoritas yang tak perlu lagi canggung mengajukan diri, kalau memang mau, mampu dan siap bersaing, kenapa tidak mencoba?; mengajak untuk selalu menyatukan bangsa; mengajak untuk menjadi bangsa yang bermartabat, jujur, berani mengakui kelemahan dan kelebihan seseorang; tahan terhadap ujian dari siapapun; dan tidak menjadi greedy (tamak) terhadap semua kemenangan yang diperoleh. Insya Allah, dengan mencoba hal itu Indonesia bisa juga menjadi teladan. Saya sangat yakin tentang hal ini [Yes, we can!].


Salam,

Dra. Hj. Safira Machrusah, MA (Asian Studies) Hon.
Calon Anggota Legislatif DPR-RI
(Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia)
Daerah Pemilihan Jawa Tengah II
(Demak, Kudus dan Jepara)
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB 13)
Nomor Urut 3



Pidato Kekalahan Perlu Ditradisikan
Jumat, 7 November 2008 | 01:06 WIB

Jakarta, Kompas - Hanya sekitar 30 menit setelah Barack Obama dinyatakan menang, John McCain langsung memberikan pidato pengakuan kalah dan langsung menyatakan Obama yang dulu pesaingnya itu adalah presidennya. Ketua DPR Agung Laksono menilai tradisi pemilu di Amerika Serikat ini perlu ditiru Indonesia.

”Pidato pengakuan kalah itu tradisi bagus,” kata Agung menjawab pertanyaan wartawan saat mengunjungi Ruang Wartawan DPR, Jakarta, Kamis (6/11).

Menurut Agung, pidato pengakuan kalah dari McCain itu juga menunjukkan sikap satria dan memberikan teladan kepada pendukungnya.

Di pihak lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga harus benar-benar memastikan pelaksanaan pemilu di Indonesia berjalan jujur, adil, dan tidak memihak. Dicontohkan, pemilihan kepala daerah banyak berujung di pengadilan karena adanya rekayasa. ”Keberhasilan pemilu di Amerika Serikat itu bukan semata-mata ditentukan dua kandidat, tetapi juga karena sistemnya menjamin tidak ada rekayasa,” ujar Agung.

Sekjen Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang berpendapat, pidato pengakuan kalah diatur dalam Undang-Undang Pemilu Presiden. Karena pembahasan RUU telah selesai, sebaiknya KPU yang mendorong tradisi itu.

”Manakala politisi kita sudah dewasa, memang tidak perlu diatur. Tetapi, kita ini, yang sudah diatur saja banyak dilanggar, apalagi tidak diatur,” ujarnya.

Selain penting untuk pendidikan politik, pidato pengakuan kalah juga memberikan kepastian hukum hasil pemilu dan menciptakan stabilitas politik pascapemilu. (SUT)

Sumber: Kompas

04 Desember 2008

Beberapa Pengalaman Internasional Saya

Presentasi Internasional
  1. Presentasi di Asia Link Leadership Program di depan 40 calon pimpinan perusahaan [Canberra, Australia, 2005]
  2. Presentasi di Asean Graduate Student Forum [Singapore, 2005]
  3. Guest Speaker di ALA Leadership Conference di depan 180 penerima beasiswa ALA AusAID se Asia Pasifik [Canberra, Australia, 2007]
  4. Presentasi di International Conference Friedrich-Ebert-Stiftung (in cooperation with the Institute for Social Science, Stiftung Universität Hildesheim) [Berlin/Bonn, Jerman, 2008]
Studi dan Training Internasional
  1. Income generating, kerjasama dengan Asian Development Bank [Kathmandu, Nepal, 1996]
  2. Reproductive Health, Indonesia Australia Specialised Training Project Phase II (IASTP II) [Sydney/Melbourne, Australia, 2000]
  3. Reproductive Health, BKKBN, [Yogyakarta, Indonesia, 1999]
  4. Master's degree, Asian Studies, The Australian National University [Canberra, Australia, 2005]

Beberapa Pengalaman Saya di Politik Formal


Pengurus Partai PKB
  • Departemen Hubungan Luar Negeri PKB [1998-2001]
Calon Legislatif PKB
  • Calon legislatif DPR-RI Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah Pemilu 1999 [Nomor urut 2]
  • Calon legislatif DPR-RI Daerah Pemilihan Jawa Tengah I (Semarang, Kendal dan Salatiga) Pemilu 2004 [Nomor urut 3]
  • Calon legislatif DPR-RI Daerah Pemilihan Jawa Tengah II (Demak, Kudus dan Jepara) Pemilu 2009 [Nomor urut 3]
Anggota DPR-RI
  • Anggota DPR-RI Nomor A-418 (Pergantian Antar Waktu Periode 1999-2004) dari Fraksi Kebangkitan Bangsa

03 Desember 2008

Pakta Integritas: 495 Caleg PKB dibaiat Anti Korupsi

Minggu, 07 September 2008


JAKARTA—Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menegaskan komitmennya untuk mendukung pemberantasan korupsi di Indonesia. Hari ini (Minggu, 7 September 2008) di Hotel Atlet Century Park Senayan Jakarta, 495 calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari PKB dibaiat khusus untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi jika terpilih sebagai wakil rakyat.

Baiat anti korupsi itu akan dilakukan Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Aziz Mansyur kepada 10 orang perwakilan caleg dari berbagai unsur. Antara lain,Prof. Cecep Syarifudin (ulama), Idy Muzayad (unsur Aktivis), Azwar Anas(Unsur FKB), Sandi Nayoan (unsur Artis), Anas Thahir (PBNU), Nursyahbani Katjasungkana (unsur perempuan), Lili Khadijah Wahid (unsur DPP), Mansyur Ahmad (unsur professional),I Wayan Heryawan (Unsur Kebangsaan) dan Ihsan Abdullah (unsur Pengacara). Setelah dibaiat, para caleg juga diminta untuk menandatangani pakta integritas untuk menegakkan hukum.

Direktur Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) PKB Abdul Kadir Karding menyatakan, baiat anti korupsi ini sengaja dilakukan sebagai bentuk penegasan atas komitmen PKB mendukung pemberatasan korupsi. ”Kita menyadari, problem utama bangsa kita salah satunya adalah korupsi. Karena itu pemberantasan korupsi harus didukung oleh semua pihak, termasuk calon wakil rakyat dari PKB,” tegas Karding.

Karding menyebutkan, semua caleg PKB harus sanggung untuk tidak melakukan korupsi sepanjang hidupnya, terutama selama berada di gedung parlemen. Jika tidak, sanksi tegas sudah disiapkan partai. ”Sanksi paling ringan, dipecat,” kata dia.

Anggota Komisi III DPR RI Nursyahbani Katjasungkana menambahkan, baiat dan pakta integritas untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi menjadi prasyarat utama bagi calon anggota dewan. Langkah tersebut menurut dia untuk mengingatkan semua wakil rakyat untuk tidak pada komitmen awalnya. ”Mereka harus ingat telah dibaiat. Ini menjadi penanda agar anggota DPR dari PKB tidak tergoda untuk melakukan korupsi,” imbuhnya.

Nursyahbani mengatakan, DPR selama ini banyak dituding sebagai salah satu institusi terkorup di Indonesia. Karena itu, perbaikan internal juga perlu dilakukan oleh anggota dewan yang telah mendapat kepercayaan rakyat. ”Baiat ini adalah salah satu upaya PKB untuk memperteguh kesalehan sosial calegnya,” pungkas dia. (*)

02 Desember 2008

Mas Taufiq, Suamiku

H.M. Taufiq Prabowo, Lc. DEA

Suamiku Muhammad Taufiq Prabowo adalah putra dari Drs. H. Soekiman Razaq dan Hj. Soesilowati. Semasa masih muda ia pernah belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor. Kemudian pindah ke Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak yang kebetulan dipimpin oleh pamandanya sendiri, almarhum K.H. Muslih Abdurrahman, seorang ulama terkenal (lihat misalnya biografi beliau yang disusun oleh seorang Indonesianis dari Belanda Martin van Bruinessen). Ayah suamiku memang kakak kandung dari Nyai Sa'adah Muslih. Seperti mungkin anda tahu Pondok Pesantren Futuhiyyah yang pernah dipimpin almarhum K.H. Muslih telah menghasilkan banyak alumni yang bermanfaat dalam masyarakat. Salah seorang di antaranya adalah Ust. Habiburrahman El Shirazy, penulis novel laris (yang sudah tayang di layar lebar) Ayat-Ayat Cinta.

Setelah menyelesaikan studinya di Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Mas Taufiq, demikian saya selalu memanggilnya, melanjutkan pendidikannya di Saudi Arabia. Dia menyelesaikan tingkatan SMA dari Madrasah Darul Ulum Makkah yang dipimpin oleh ulama terkenal almarhum Syeikh Yasin Padang. Selama di Kota Suci Makkah dia juga kadang ikut pengajian Sayyid Muhammad Alawi, Kyai Abdul Karim, dll di Masjidil Haram. Dari Makkah melanjutkan di Universitas Islam di Madinah sampai sarjana (S1) dengan gelar Lc. (Licence).

Lulus dari Fakultas Sastra Arab Universitas Islam Madinah, dia bertualang ke Eropa. Dia meneruskan studinya di Paris, Perancis. Di Paris Mas Taufiq kuliah di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) salah satu pecahan dari Universitas Sorbonne Paris. Tahun 1996 dia kembali ke Indonesia setelah memperoleh DEA.

Keinginan untuk membantu membangun masyarakat pesantren yang notabene masih terpinggirkan membuat Mas Taufiq mengabdi di lingkungan pesantren yang dulu mendidiknya, yakni Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak. Dia sempat menjadi Kepala Sekolah di pesantren ini di samping mengajar sebagai dosen luar biasa di IAIN Walisongo Semarang.

Lalu untuk menuruti anjuran ibunya, sebagai anak yang ingin taat pada orangtua, ia mendaftar CPNS karena ada lowongan dosen di Universitas Negeri Malang (UM). Ternyata dia diterima di sana menjadi dosen Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra. Untuk itu dia harus meninggalkan Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen dan pindah ke Malang. Namun pengabdiannya untuk pesantren Mranggen tetap dia lanjutkan. Sebulan sekali dia ke sana untuk melanjutkan program-program yang dia rintis saat masih di sana.

Tahun 2002 dia berangkat ke Australia untuk melanjutkan studinya (S3). Kebetulan saya juga mendapatkan beasiswa, sehingga kami berdua sama-sama tinggal dan belajar di negeri kanguru itu. Kami berdua kuliah di The Australian National University, Canberra.

Bu Umroh, Ibuku

Dra Hj. Umroh Mahfudzoh

Ibu saya, Umroh Machfudzoh, atau biasa dipanggil Bu Um oleh koleganya, adalah putri sulung dari almarhum K.H.M. Wahib Wahab yang pernah menjabat Menteri Agama RI ke-7. K.H.M. Wahib sendiri merupakan putra pertama dari almarhum K.H. Wahab Hasbullah Jombang salah seorang pahlawan nasional dan initiator berdirinya Nahdlatul Ulama bersama Hadharatusy Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari dan pernah menjadi Rais Amnya. Ibu saya sendiri bersama teman-temannya pada tahun 1955 mendirikan Ikatan Pelajar Putri NU dan menjadi Ketua Umum pertamanya.

Setelah menikah dengan abah, ibu tinggal di Yogyakarta. Di sana ibu aktif di Muslimat NU. Beliau pernah menjadi Ketua PW Muslimat NU DIY antara tahun 1978-1988. Sepeninggal abah, ibu selanjutnya mulai aktif di politik dengan bergabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Setelah Pemilu tahun 1982, ibu menjadi anggota DPRD I Yogyakarta. Antara tahun 1985 – 1992 ibu pernah menjadi Ketua DPW PPP DIY, satu-satunya perempuan yang menjadi ketua DPW pada waktu itu.

Setelah Pemilu tahun 1987, ibu menjadi anggota DPR RI selama dua periode sampai 1997. Pada periode kedua ini, ibu dipilih menjadi ketua Wanita Persatuan se Indonesia. Sebetulnya ibu sudah ingin beristirahat setelah dua periode ini, dan ibu sudah mengundurkan diri dari PPP, namun pada tahun 1998 terjadi reformasi dan Nahdlatul Ulama mewadahi lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebagai kader NU, ibu kembali terpanggil untuk memberikan kontribusinya. Beliau emudian diminta menjadi salah seorang Ketua Dewan Syuro DPP PKB. Beliau juga kembali berkampanye dan menjadi anggota DPR RI untuk periode ketiga antara tahun 1999-2004 mewakili Daerah Banyuwangi, namun kali ini dari Fraksi PKB. Selesai periode itu, ibu yang sudah merasa lelah, selain fisiknya yang semakin uzur, memilih untuk tidak mencalonkan kembali.

Saat ini ibu lebih berkonsentrasi untuk memimpin dan mengembangkan pesantren warisan abah di daerah Tempelsari, Sleman, Yogyakarta. Pesantren ini diberi nama Pondok Pesantren Assunny Darussalam.

Abahku, Kyai Tolchah

Prof. DR. K.H.M. Tolchah Mansoer, SH

Kyai Tolchah, begitulah abah saya biasanya dipanggil, semasa hidupnya adalah seorang kyai yang sangat mendalami hukum-hukum Islam sekaligus ahli dalam bidang Hukum Tata Negara. Orang bilang bahwa abah adalah representasi ulama intelektual. Banyak karya beliau dalam bidang ini yang telah dihasilkan, mulai dari buku yang berkaitan dengan masalah Hukum Tata Negara (cari misalnya di Google Scholar), sampai bedah kitab klasik yang dibahas secara terinci, misalnya kitab Fathul Muin atau kajian Burdah, yang itu menjadi kebanggaan beliau. Abahpun membuka pengajian khusus untuk dosen- dosen IAIN maupun mahasiswa UGM, di rumah.
Bahkan untuk yang terakhir ini, alm. KH. Bisyri Musthofa sampai mengarang syair khusus sebagai hadiah untuk abah, dalam bahasa Arab, yang ditulis tangan di satu lembar besar kertas manila merah. Alhamdulillah, syair itu masih kami simpan sebagai kenangan bersama.

Sebagai pakar hukum di masanya, alumnus fakultas Hukum UGM ini pernah menjadi Guru Besar Hukum Tata Negara pada Universitas Islam Negeri (dulu IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Beliau juga pernah menjabat Dekan di IAIN Suka Yogyakarta, Rektor di Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang, Rektor di Universitas Widya Mataram (milik Sultan HB IX), Rektor di AAN (Akademi Administrasi Negara) Yogyakarta, dan dosen di Akademi Militer, Magelang. Dalam hal akademik ini, saudara kandung abah, K.H. Usman Mansoer, pada saat hidupnya juga cukup berjasa dalam hal mengembangkan pendidikan. Beliau adalah pendiri dan Rektor pertama Universitas Islam Malang (UNISMA).

Abah juga sangat kental dengan tradisi Nahdlatul Ulama. Pada tahun 1954, beliau mendirikan dan menjadi Ketua Umum pertama PP Ikatan Pelajar NU. Sejak itu beliau selalu aktif berkecimpung di organisasi Nahdlatul Ulama. Abah pernah pula menjadi salah satu ketua HMI Yogyakarta, sebelum kemudian bersama-sama dengan alm Mahbub Junaedi serta beberapa tokoh lainnya mendirikan organisasi pemuda yang lain, PMII.

Pada tahun 1984, pasca muktamar NU di Situbondo, beliau terpilih sebagai salah satu Rais Syuriah PBNU, setelah sebelumnya bersaing dengan KH Abdurrahman Wahid dalam pemilihan ketua umum tanfidziyah, pada event yang sama. Karena pengetahuannya yang luas tentang Hukum Tata Negara dan kitab- kitab klasik, serta sikap ke-Indonesia-annya yang mendalam maka beliau berhasil meyakinkan para muktamirin NU di Situbondo tahun 1984 untuk menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Menurut beberapa sumber, abah adalah salah satu penyusun draft diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas di kalangan Nahdliyin pada waktu itu.

Ingatan kami putra putrinya tentang abah, adalah seorang humoris, suka bercerita tentang cerdiknya Abunawas, sangat mencintai putra- putrinya, mendidik khususnya untuk putri- putri abah menjadi mandiri, dan meyakinkan bahwa se modern apapun dunia disekeliling kita, tradisi tetap harus dijaga.


Abah meninggal tahun 1986 karena serangan jantung di RS Sarjito, di tengah-tengah keluarga, sahabat dan koleganya. Pada akhir hayat beliau, dengan diiringi shalawat yang tiada henti, ribuan orang menghantarkan abah ke tempat peristirahatannya yang terakhir, di makam keluarga KH Ali Ma'shum, Pondok Pesantren Krapyak (atas permintaan alm. KH Ali Ma'shum pribadi kepada ibu). Kami sekeluarga, masing- masing menaburkan bunga, dan merangkul ibunda yang terlihat tegar, karena semenjak itulah ibu harus berjuang membesarkan putra putrinya, bertujuh, dan yatim, sendirian. Abahpun meninggalkan harta yang tak ternilai buat kami... nama baik dan sejumlah besar kitab-kitab klasik ternama. Buat abah, semoga Allah swt selalu melimpahkan rahmat kepadanya dan mengampuni semua kesalahannya serta menerima amal-amalnya. Amin allahumma amin.

01 Desember 2008

Daftar Calon Tetap DPR RI Pemilu 2009

Saya upload untuk anda semua nama-nama calon anggota legislatif (caleg) dalam Daftar Calon Tetap (DCS) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 TERMASUK FOTO MEREKA yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Oktober 2008. Sementara baru beberapa daerah pemilihan. Yang lainnya menyusul.

Kalau anda kenal nama* teman, saudara atau siapa pun yang menjadi caleg, anda bisa cari di daerah pemilihan mana ia menjadi caleg, dari partai apa dan urutan berapa dengan menggunakan "search blog" di bagian atas halaman ini.


Berikut link-link dct di blog ini:
  1. Nanggro Aceh Darusalam (NAD) I (termasuk foto caleg)
  2. Jawa Tengah (Jateng) I (termasuk foto)
  3. Jawa Tengah (Jateng) II (termasuk foto)
  4. Jawa Tengah (Jateng) III (termasuk foto)
  5. Jawa Tengah (Jateng) IV (termasuk foto)
  6. Jawa Tengah (Jateng) V (termasuk foto)
  7. Jawa Tengah (Jateng) VI (termasuk foto)
  8. Jawa Tengah (Jateng) VII (termasuk foto)

* Nama diusahakan untuk sesuai dengan sumber KPU, sedang gelar tidak dikoreksi. Karena file pdf KPU terlalu lebar, maka nama pada dokumen pdf yang kami upload tidak bisa terlihat semua (terutama di ujung kanan). Silahkan kunjungi situs KPU untuk dapat melihat lebih baik.


Calon Anggota Legislatif DPR-RI
(Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia)

Nomor Urut 3

Alamat:
Pondok Pesantren Futuhiyyah


Pilihlah wakil yang memperjuangkan kepentingan anda.

Daftar Calon Sementara (DCS) Anggota DPR RI Pemilu 2009


Saya upload untuk anda semua nama-nama calon legislatif (caleg) dalam Daftar Calon Sementara (DCS) Anggota DPR RI untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 yang diterbitkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tanggal 27 September 2008.

Kalau anda kenal nama teman, saudara atau siapa pun yang menjadi caleg, anda bisa cari di daerah pemilihan mana ia menjadi caleg, dari partai apa dan urutan berapa dengan menggunakan "search blog" di bagian atas halaman ini.

Berikut link-linknya di blog saya ini:
  1. Nanggro Aceh Darusalam (NAD) I (termasuk foto caleg)
  2. Nanggro Aceh Darusalam (NAD) II (termasuk foto caleg)
  3. Sumatra Utara (Sumut) I (termasuk foto)
  4. Sumatra Utara (Sumut) II (termasuk foto)
  5. Sumatra Utara (Sumut) III (termasuk foto)
  6. Sumatra Barat (Sumbar) I (termasuk foto)
  7. Sumatra Barat (Sumbar) II (termasuk foto)
  8. Riau I (termasuk foto)
  9. Riau II (termasuk foto)
  10. Jambi (termasuk foto)
  11. Sumatra Selatan (Sumsel), Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung (Babel) dan Kepulauan Riau (Kepri)
  12. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) 1-3
  13. Jawa Barat (Jabar) 4-11
  14. Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
  15. Jawa Timur (Jatim) 1-7
  16. Jawa Timur (Jatim) 8-11 dan Banten
  17. Bali dan Nusa Tenggara
  18. Kalimantan
  19. Sulawesi
  20. Maluku dan Papua
Dan sampaikan tanggapan anda ke KPU.


Calon Anggota Legislatif DPR-RI
(Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia)

Nomor Urut 3

Alamat:
Pondok Pesantren Futuhiyyah


Pilihlah wakil yang memperjuangkan kepentingan anda.

Penyampaian Tanggapan Terhadap DCS DPR, DPD, DPRD Diperpanjang sampai dengan 14 Oktober 2008

Rabu, 08 October 2008
Jakarta, kpu.go.id Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan untuk memperpanjang masa memberikan tanggapan terhadap Pengumuman Daftar Calon Sementara (DCS) untuk calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang semula berakhir 10 Oktober kini hingga 14 Oktober 2008. Perpanjangan tersebut dimaksudkan untuk lebih membuka kesempatan kepada masyarakat dalam memberikan tanggapan terhadap DCS.

Ketua KPU telah mengirimkan surat Nomor: 2766/15/X/2008 tertanggal 7 Oktober 2008 kepada KPU Provinsi seluruh Indonesia untuk kemudian diteruskan ke KPU Kabupaten/Kota dengan tembusan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Pimpinan DPP Partai Politik, perihalnya mengenai penyesuaian Jadwal dan program verifikasi Calon Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Kota.

Adapun penyesuaian jadwalnya adalah sebagai berikut:

Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Pengumuman dan tanggapan Masyarakat 26 September s/d 14 Oktober
Klarifikasi kepada Parpol 10 s/d 18 Oktober
Pengajuan Pengganti DCS oleh Parpol 11 s/d 22 Oktober
Verfikasi Calon Pengganti oleh KPU 12 s/d 25 Oktober
Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) 26 s/d 30 Oktober
Pengumuman DCT 31 Oktober

Calon Anggota DPD

Pengumuman dan Tanggapan Masyarakat 26 September s/d 14 Oktober
Klarifikasi kepada Calon Anggota DPD 10 Oktober s/d 25 Oktober
Penyusunan dan Penetapan DCT Calon Anggota DPD 26 s/d 30 Oktober
Pengumuman DCT Anggota DPD 31 Oktober.

(Mantri/FS/Redaktur)